Selamat Sore ayah bunda…Tiba-tiba
Saya jadi teringat dengan salah satu pengalaman saya saat menjadi observer di salah
satu TK di Depok. Saat itu saya dapat amanah untuk menilai kesiapan anak
bersekolah, ya semacam placement test gitu
laah… (Subhanallah ya anak jaman sekarang, mau main-main di TK aja sudah pakai placement test dulu). Waktu sesi mendongeng di dalam kelas, ada
salah satu anak yang tidak mau duduk diam di kelas dan mendengarkan dongeng
dari gurunya. Padahal menurut saya dongengnya cukup menarik kok…tapi ya namanya
anak-anak, sekali pengen main, tetap main.
Hehe, ternyata anak-anak juga punya idealisme, gak cuma kita-kita yang udah
dewasa aja yang punya. Saat itu, gurunya sudah hampir putus asa minta anak itu
buat masuk kelas. Pasalnya, setiap anak itu keluar, sang guru membujuk anak
tersebut untuk masuk, beberapa menit kemudian, si anak memberontak lagi untuk
keluar, sang guru pun membujuk anak untuk masuk kembali. Kejadian bujuk
rayu-pun terjadi hampir 3x dengan ending sang
guru putus asa dan si anak benar-benar tidak mau kembali lagi masuk kelas.
Melihat kejadian itu, saya
yang dari tadi terdiam di depan pintu
kelas sambil mengamati kejadian tersebut (maklum karena posisi saya disitu
sebagai observer, jadi saya gak berani tiba-tiba ikut nimbrung membujuk anak,
takut dibilang mensabotase kerja guru,hehe) mulai tergelitik untuk mencoba
membujuk anak. Masa sih ilmu psikologi saya gak bisa dipakai buat membujuk
anak.
Entah kenapa, dari dulu saya selalu
punya pikiran bahwa semua anak, anak TK sekalipun, pasti bisa diajak berdiskusi
layaknya orang dewasa, dan membuat kesepakatan bersama. Saya-pun mendekati anak
tersebut dan mulai mengajak dia mengobrol.
Saya: Kamu kenapa diluar kelas?kan yang lain sedang ada di
dalam kelas dengerin guru mendongeng?
Anak: Aku mau main ini. (sambil menuju permainan puteran, gak
tahu apa nama persisnya, tapi bentuknya seperti mangkok, ada setirnya ditengah,
dan kalau setirnya diputer, mangkoknya juga akan muter.)
Saya: Yaudah…boleh main, tapi 10 putaran saja yaa…habis itu
balik lagi ke kelas dengerin gurunya.
Anak: Iya.
Saya : Oke, satu, dua, tiga…. (Sambil harap-harap cemas
apakah anak akan mengikuti kesepakatan kecil yang sudah kita buat bersama-sama
atau tidak, sayapun menghitung setiap putaran dengan serius, tujuannya sih agar
dia tahu kalau saya serius dengan kesepakatan itu.)
Delapan, Sembilan, sepuluh….yup! sampai putaran kesepuluh,
dan Subhanallah… tanpa diminta anak benar-benar menghentikan permainannya pada
putaran kesepuluh. Saya kemudian mengingatkannya untuk masuk kelas.
Saya: Oke, sudah putaran kesepuluh, tadi apa janjinya, mau
masuk ke kelas kan?
Anak: Mengangguk dan tanpa diminta langsung turun dari
permainan puteran itu, lalu masuk ke kelas.
Waah…betapa
bahagianya saya ketika itu, bahkan saya yang mengusulkan kesepakatan itupun
tidak menyangka anak tersebut akan memenuhi kesepakatan kecil kita. Pelajaran
sederhana yang bisa kita ambil dari cerita diatas adalah bahwa anak-anak juga
ingin didengar, dimengerti, dan diizinkan mengutarakan keinginannya. Hayooo
ayah bunda, sudahkah kita mendengarkan keinginan anak kita selama ini?